Bus tujuan Senen - Cileungsi masih melaju di tol Jagorawi, cuaca cukup terang tidak mendung seperti biasanya. Sambil menikmati music via headset, pandang mataku tak pernah lepas dari mobil-mobil yang berseliweran di jalan tol yang kulalui. Ada mobil yang keluaran Eropa juga ada Jepang punya. Terkadang aku membayangkan kalo aku yang berada di mobil itu. Tidak kepanasan ataupun duduk berhimpitan dengan sesama penumpang seperti ini tentunya nyaman, adem ayem. Hah, ngayal lagi nih … Hidup memang suka menilai kelebihan dan kekurangan orang lain. Padahal sesungguhnya belum tentu apa yang kita bayangkan tentang kesenangan itu dirasakan juga oleh orang yang menjalaninya. Kalo berpikir jauh lagi, bukan masalah duduk nyaman di kursi mobil mewah yang empuk saja tentunya merekapun harus membayar fasilitas yang mereka nikmati dan miliki dengan tidak sedikit uang. Kayak biaya perawatan, perpanjang STNK belum lagi kalo ada masalah kecelakaan. Pastinya resiko yang tidak sedikit ditanggung. Kesenangan memang seperti pelangi yang terlihat hanya ada di atas kepala orang lain saja, pelangi di atas kepala kita sendiripun tidak bisa kita melihatnya. Jadi intinya kita harus bersyukur dengan nikmat yang diberikan Tuhan YME, Allah Swt.
Lanjut ceritanya nih, setelah keluar dari fly over Cililitan - Tj. Priok, mobil pun meluncur ke arah Cempaka Mas. Nah, disitulah tujuanku, akupun turun di halte Cempaka Mas trus nyebrang jembatan busway. Aku perhatikan, jembatan ini tidak lebih dari tempat sampah, begitu banyak sampah yang menumpuk disudut-sudut jembatan dengan lalat berterbangan disekitarnya. Sangat menjijikan … sampai kapan masyarakat sadar akan kebersihan dan menghargai lingkungannya. Padahal tempat sampah sudah tersedia di tangga naik dan turun jembatan. It’s bad culture …
Aku terus langkahkan kakiku menuju ke gedung tinggi menjulang di seberangku, terpampang sebuah market brand yang semakin menggurita di ibu kota ini “CARREFOUR”. Wah ceritanya shopping nih … Ya iyalah. Pasnya shopping terpaksa, padahal duitku cekak banget, terpaksa aku tarik tunai dulu di ATM di lantai dasar. Kalo gak liat iklan kemaren di Kompas, mungkin aku ogah pergi jauh-jauh dari Cileungsi ke Cempaka Mas ini. Tapi karena tergoda oleh promosi yang ditawarkan Carrefour, yah terpaksa izin kantor. Nekat emang …
Sesampainya di dalam gedung aku turun pakai escalator, langsung deh menuju Carefour yang ada di lantai bawah. Sudah hapal memang aku ini, bahkan sebelum gedung ini selesaipun aku sering sekali jalan kesini, soalnya lumayan deket dari tempat kerjaku dulu. Aku coba cari-cari barang kemarin yang aku lihat di kompas, tapi gak ketemu-temu. Terpaksa aku tanya ke stand guide, dengan senang hati ia menunjukkan rak yang memajang barang yang ku maksud, sebuah kasur angin aku cek harganya di rak “HAH” gak sesuai dengan apa yang dipromosiin. Aku tanya kenapa beda? Dia bilang kalo barang yang dipromosiin sudah habis. Kalo stock habis kenapa masih terpajang di rak ya? Lagi pula harga normalnya pun tidak sesuai pula dengan yang tertulis di promosinya. Sangat jelas di promosinya harga normal Rp 99.000,- harga promosi Rp 59.000,-. Faktanya, di rak tertulis Rp 199.000,-. Heran … Hmm … brand market sebesar gini masih saja berlebihan dalam berpromosi. Terpaksa aku urung membelinya. Lalu aku out dari situ, selanjutnya aku naik lift ke lantai 3, aku cari-cari baju batik, soalnya minggu depan sahabatku bikin gawe pernikahannya. Yah, sudah jalan jauh-jauh, cuma dapat batik doank rupanya. Finally … aku kembali ke Cileungsi dengan perasaan kecewa tidak mendapatkan barang yang ku taksir …
Selasa, 10 Mei 2011
Senin, 09 Mei 2011
Serunya Permainan Jaman Dulu
Mengenang masa kecil rasanya tak ada yang terlupakan. Dulu saat masih SD, jelas hobbyku adalah main bersama teman-teman sekampung. Begitu banyaknya permainan sampai aku lupa sendiri nama-namanya, hanya sebagian yang kuingat seperti : main gundu, wayang (bukan wayang orang, semacam kartu bergambar yang ada nomor dan ceritanya, dulu seringnya cerita dari sandiwara radio kayak Saur Sepuh, Babad Tanah Leluhur, juga Tutur Tinular), engklekan, glatikan, panggalan, layang-layang, sampe ngadu undur-undur juga serunya bukan main. Sebenernya masih banyak permainan tradisional yang dulu ada, namun sudah jarang saya lihat anak-anak sekarang memainkannya. Kalo dibandingkan permainan jaman dulu dengan jaman sekarang, tentu sangat jauh perbedaannya, permainan tradisional terasa sekali menyatu dengan alam dengan bermain di tempat terbuka, beda halnya dengan jaman sekarang dimana peran teknologi telah merubah wahana interaksi anak dengan lingkungannya, mereka lebih suka bermain Playstation atau komputer berjam-jam di dalam rumah.
Saat kecil, ada satu moment yang paling saya tunggu setiap tahunnya, yaitu saat lebaran. Dimana saat ramadhan tiba biasanya dikampungku ramai dengan obrok. Obrok ini macam-macam jenisnya kayak :
“BEROKAN”
Semacam ondel-ondel, bedanya topengnya dihias dengan wajah serem kaya buto ijo dan kalo diteriakin “galoak” sambil ngacungin rokok mereka akan mengejar kita untuk mendapatkan rokok tersebut, dan ini yang paling seru kalo sudah dikejar, gak peduli sampe nyungsep digot sekalipun mereka akan uber. Hehehe … jujur aku dulu paling takut sama berokan!!!
“KIJING”
Orang yang menari dengan aksesori berbentuk kerang hijau yang bisa membuka menutup, biasanya biar lebih rame ada karakter lain seperti semar, gareng, cepot, atraksinya lebih ke komedi, lumayan menghibur juga)
“GENJRING”
Kayak pengamen keliling sekarang dengan lagu-lagu tarling, biasanya krewnya banyak sebanding dengan peralatan sound yang dibawa.
Trus ada lagi
“RONGGENG SLEREK”
Kalo ini, cowok yang didandani kayak banci dengan make up tebal walau sebenernya hasilnya ancur gitu, mungkin disengaja biar terlihat aneh dan lucu. Mereka akan menari gemulai diiringi kenong dan kendang juga kecrek bunyinya "tong ... tong ... crek" dan yang tidak saya lupa, aksesoris mereka yang nyeleneh yaitu kalung dengan bandul kaca, lucu khan hehehe … konon kalo jadi ronggeng slerek tidak boleh tertawa kalo gak bisa gila. Serem ya …
Sebenarnya masih banyak lagi kebudayaan masa lalu yang ada dikampungku. Namun sayang, seiring dengan kemajuan jaman sudah jarang anak-anak muda sekarang yang mau menjaga tradisi jaman dulu. Imbasnya, setiap pulang lebaran di kampung serasa sepi dan hambar. Kasihan anak-anak sekarang yang tidak bisa melihat ataupun mengenal kebudayaan pendahulunya.
Saat kecil, ada satu moment yang paling saya tunggu setiap tahunnya, yaitu saat lebaran. Dimana saat ramadhan tiba biasanya dikampungku ramai dengan obrok. Obrok ini macam-macam jenisnya kayak :
“BEROKAN”
Semacam ondel-ondel, bedanya topengnya dihias dengan wajah serem kaya buto ijo dan kalo diteriakin “galoak” sambil ngacungin rokok mereka akan mengejar kita untuk mendapatkan rokok tersebut, dan ini yang paling seru kalo sudah dikejar, gak peduli sampe nyungsep digot sekalipun mereka akan uber. Hehehe … jujur aku dulu paling takut sama berokan!!!
“KIJING”
Orang yang menari dengan aksesori berbentuk kerang hijau yang bisa membuka menutup, biasanya biar lebih rame ada karakter lain seperti semar, gareng, cepot, atraksinya lebih ke komedi, lumayan menghibur juga)
“GENJRING”
Kayak pengamen keliling sekarang dengan lagu-lagu tarling, biasanya krewnya banyak sebanding dengan peralatan sound yang dibawa.
Trus ada lagi
“RONGGENG SLEREK”
Kalo ini, cowok yang didandani kayak banci dengan make up tebal walau sebenernya hasilnya ancur gitu, mungkin disengaja biar terlihat aneh dan lucu. Mereka akan menari gemulai diiringi kenong dan kendang juga kecrek bunyinya "tong ... tong ... crek" dan yang tidak saya lupa, aksesoris mereka yang nyeleneh yaitu kalung dengan bandul kaca, lucu khan hehehe … konon kalo jadi ronggeng slerek tidak boleh tertawa kalo gak bisa gila. Serem ya …
Sebenarnya masih banyak lagi kebudayaan masa lalu yang ada dikampungku. Namun sayang, seiring dengan kemajuan jaman sudah jarang anak-anak muda sekarang yang mau menjaga tradisi jaman dulu. Imbasnya, setiap pulang lebaran di kampung serasa sepi dan hambar. Kasihan anak-anak sekarang yang tidak bisa melihat ataupun mengenal kebudayaan pendahulunya.
Langganan:
Postingan (Atom)